Indonesia di Bawah Tekanan Resesi Ekonomi, Siapkan Pengalihan Faktor Risikonya

recession-indicators

RESESI mengancam perekonomian Indonesia. Merah Putih masuk dalam negara-negara yang rentan terhadap resesi. Tertolong oleh indikator ekonomi yang positif, prosentasi resesi ekonomi Indonesia terbilang rendah dari 15 negara terentan. Meski baru sinyal kuning, masyarakat harus bersikap waspada. Seluruh faktor pembiayaan hingga risiko harus diefisiensikan. Tujuannya agar tidak menambah beban hidup. Untuk mengalihkan risiko, proteksi ditawarkan Asuransi Rama.

Resesi yang mengancam banyak negara menjadi alarm merah bagi dunia. Posisi paling rentan resesi saat ini ditempati oleh 15 negara, termasuk Indonesia. Namun, Indonesia berada pada strip ke-14 dengan prosentase resesi sebesar 3%, Jumat (15/7). Ancaman resesi tersebut didasarkan atas hasil survei Bloomberg. Adapun negara dengan resesi terkuat adalah Sri Lanka yang membukukan potensi 85%. Penyebabnya adalah ketidakstabilan ekonomi dan sosial di sana.

Negara paling rentan terkena recession lainnya adalah Selandia Baru dengan potensi 33%, lalu diikuti Korea Selatan dan Jepang dengan prosentase 25%. Potensi resesi sebesar 20% masing-masing dimiliki oleh Tiongkok, Australia, Pakistan, Hong Kong, hingga Taiwan. Kelompok peluang resesi besar berikutnya baru diisi negara-negara ASEAN. Adapun Indonesia memiliki indikator ekonomi paling positif di antara, Malaysia, Vietnam, Thailand, hingga Filipina.

Ketahanan Indonesia terhadap recession dinilai paling di ASEAN karena beberapa faktor. Sebut, saja positifnya neraca pembayaran dan APBN. GDP Indonesia juga memiliki ketahanan baik, selain kekuatan korporasi, rumah tangga, hingga monetary policy. Dengan kondisi perekonomian yang masuk zona kritis, masyarakat pun diminta waspada. Tetap menjaga stabilitas ekonomi keluarga dengan menekan pembiayaan. Terkait pembiayaan yang dimunculkan oleh risiko, asuransi bisa jadi opsi faktor pengalih terbaiknya.(*)